Senin, 22 Januari 2018

RETAKNYA PERSAHABATAN


PERSELISIHAN

Persahabatan  akrab berkembang di hutan, antara singa dan sapi jantan, tetapi dihancurkan oleh seekor serigala yang jahat dan tamak.
Di selatan india ada suatu kota bernama mahilopyam. Putra seorang pedagang kaya raya tinggal disana. Namanya Vardhamanaka. Pada suatu malam, sambil berbaring ditempat tidur ia gelisah dan tidak bisa tidur. Benaknya berkecamuk. Yang dipikirkan adalah “ Biarpun sudah banyak uang, orang harus mencoba memperbanyak uang itu. Kata orang :

tak ada satupun dalam hidup yang tak dapat dicapai dengan uang. Orang pandai harus mampu menambah kekayaannya. Banyak uang banyak teman, ketika punya banyak uang , ia diakui. Di dunia ini orang asingpun menjadi keluarga jika ber-uang sedangkan orang miskin akan dihindari bahkan oleh keluarganya. Orang banyak uang bahkan akan dianggap seperti sarjana. Uang dapat membuat orang tua menjadi ‘muda’ tetapi orang muda menjadi tua karena mencari uang.

Vardhamanaka mengambil keputusan. Pada suatu hari dia meminta izin merantau kepada orang tuanya dan mempersiapkan perbekalannya untuk perjalanan ke Mathura. Dia mempunyai dua sapi jantan bernama Sanjiwaka dan Nandaka. Kedua sapi yang lahir di rumahnya itu sangat kuat sehingga mampu mengangkat beban yang amat berat. Kedua sapi itu dikatkannya ke pedati. Dimulailah perjalanannya dengan ditemani oleh beberapa pelayan.
Selang beberapa hari kemudian ia tiba di tepi sungai Yamuna. Kaki Sanjiwaka patah dan iapun langsung jatuh. Vardhamanaka sangat sedih melihat keadaan sapinya yang merana itu, dan karena begitu menyayanginya, ia berhenti ditempat itu selama tiga malam.
Waktu sais pedati melihat Vardhamanaka muram, ia berkata, “Tuanku, haruskah kita berhenti di Hutan yang penuh dengan singa dan harimau demi seekor sapi, jika membahayakan kita semua?. Ingatlah perkataan orang-orang :
Orang pandai, tak akan mengorbankan keuntungan lebih besar demi keuntungan yang kecil.”
Mendengar saran itu, Vardhamanaka meninggalkan beberapapelayannya untuk menjaga sapinya yang terluka. Ia kemudian melanjutkan perjalanan dengan beberapa pelayan lainnya.
Pagi berikutnya para pelayan menyusulnya. Mereka ketakutan jika tetap tinggal di hutan, bahaya diterkam binatang buas mengancam setiap saat. Merekapun berdusta, membuat laporan palsu,”Tuan, Sanjiwaka mati dan kami telah membakarnya.” Vardhamanaka sangat sedih . kemudian ia mengadakan upacara belasungkawa untuk menghormati jasa sapi yang telah melayaninya selama ini dengan setia.
Namun Sanjiwaka ditakdirkan untuk hidup lebih lama. Dia memakan rumput ditepi sungai Yamuna, sehingga kekuatannya pulih dan berhasil bangkit. Angin sejuk menyegarkan tubuhnya. Dia memakan rumput hijau dan berkilau, dan dalam beberapa hari tubuhnya menjadi gemuk dan kuat. Bahkan lebih kuat dari hari-hari sebelumnya. Benarlah ucapan orang :
Dia yang bernasib baik walaupun tanpa perlindungan, terhidar dari petaka tetapi dia yang bernasib sial pasti akan musnah sekalipun dilindungi dengan baik. Walaupun ditinggalkan tak berdaya di hutan, dapat tetap selamat. Sedangkan dia yang berjuang untuk hidup bisa meninggal mendadak sekalipun dirumahnya sendiri.
Di hutan itu hidup seekor singa bernama Pingalaka, dengan pengikutnya yang terdiri dari beberapa binatang hutan yang lain. Siang itu karena merasa haus ia pergi ke tepi sungai Yamuna untuk minum. Dari tempatnya berdiri ia mendengan lenguhan Sanjiwaka yang amat keras dan menakutkan. Pingalaka. Sangat takut tetapi disembunyikannya rasa takut itu di depan anak buahnya. Dia lalu melangkah ke sebatang pohon beringin besar dan duduk dibawah kerindangannya, batal minum di tepi kali. Para pengikutnya berkumpul mengelilinginya.
Di antara binatang-binatang yang disekitar singa itu, tersebutlah dua srigala bernama Karataka dan Damanaka. Mereka adalah anak-anak bekas menteri Pingalaka, namunsekarang tidak lagi. Kini mereka hanya menga,mati dari kejauhan sang singa dan mengikuti langkahnya dari kejauhan menunggu sisa makanan.
Ketika melihat sang singa kembali tanpa minum, keduanya curiga.
“Karataka,” kata Damanaka, “singa raja itu membatalkan niatnya untuk minum. Sekarang malah duduk-duduk dibawah pohon dikelilingi para punggawanya.”
“apa urusan kita?”kata Damanaka “karena jika seseorang mencampuri urusan yang bukan urusannya, bercumbu dengan kehancuran seperti kera yang mengeluarkan pasak dari balok kayu.”

“bagaimana ceritanya?” tanya Damanaka. Maka Karataka bercerita tentang seekor kera dan pasak kayu.

Tidak ada komentar:

  " Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, jiwa (Atman) dibersaihkan dengan ilmu pengetahuan dan akal budi...