Selasa, 23 Januari 2018

SERIGALA DAN GENDERANG

Seekor serigala bernama Gomaya. Pada suatu hari berjalan tak tentu arahuntuk mencari makanan karena sangat laparnya. Akhirnya ia tiba di suatu medan pertempuran. Tentara yang telah berperang meninggalkan sebuah genderang yang tergeletak didekat semak-semak. Karena terpaan angin yang kencang, semak-semak menabuh kulit genderang sehingga menimbulkan bunyi yang mengejutkan Gomaya. Serigala itu ketakutan dan berpikir, “bila aku tak segera menghindar sebelum terlihat oleh makhluk bersuara menakutkan itu, matilah aku. Tetapi tak baik meninggalkan tempat ini begitu saja, jadi aku harus mencoba mencari tahuasal-usul suara itu.”
Dengan hati yang ditegar-tegarkan ia mrayap, mengintip semak-semak tadi. Dan ketika yang dihadapinya ternyata sebuah genderang perang, keberaniannya bertambah. Ia mendekat, ingin tahu lebih banyak. Namun apa yang dilihatnya didekat genderang? Setumpuk makanan bekas para tentara, dalam jumlah yang baru akan habis disantap dalam waktu yang lama.
*****
“paduka lihat,” kata Damanaka, “paduka tidak pantas takut hanya pada suara,”
“bagaimana mungkin aku berani,” jawab Pingalaka,”bila keluarga dan para pejabat istana semua gemetar karena ketakutandan ingin lari dari sini?”
“tuan,” kata Damanaka “para pelayan tidak bisa disalahkan karena mereka hanya mengikuti contoh tuannya, kata orang : 
kuda, senjata, buku, percakapan, harpa, istri, menjadi berguna atau tidak tergantung kepada manusia yang memilikinya,

" maka”, kata Damanaka , “janganlah paduka takut. Tunggulah disisni sampai hamba kembali. Hamba akan menyelidiki suara itu. Setelah itu, silahkan paduka putuskan apa yang akan kita lakukan.”
“apakah engkau berani?” kat Pingalaka.
“pasti,” tegas Damanaka, “seorang abdi yang baik tak pantas menimbang-nimbangsikap hatinya untuk melakukan perintah tuannya atau tidak.”
“kawanku yang baik,” kata Pingalaka, kalau begitu pergilah, semoga Tuhan memberkatimu.”
Damanaka membungkuk hormat dihadapan singa raja kemudian berbalik dan langsung berangkat mencari sumber suara sang sapi Sanjiwaka. Singa Pingalaka merasa sangat ketakutan sepeninggal serigala Damanaka. Dia membatin,”aku salah karena terlalu banyak menceriterakan pikiran dan isi hatiku kepadanya. Jangan-jangan dia dendam padaku karena dulu orang tuanya telah kuberhentikan dari jabatannya di istana sehingga sekarang ia ingin membalas dendam. Apa yang harus aku lakukan? Hm, sebaiknya aku bersembunyi saja. Akan kuintai, apakah dia membawa musuh yang akan membunuhku atau tidak, karena kaum arif bijaksana mengajarkan :
orang kuat yang ceroboh terlalu mempercayai orang lain, harus menebus hidup dengan nyawanya tatapi kewaspadaan orang yang lemah akan menyelamatkannya dari ancaman musuh yang terkuat sekalipun bahkan dari kematian.”
Setelah mengambil keputusan itu, Pingalaka melangkahmencari tempat persembunyiannyadan menunggu kedatangan Damanaka dengan perasaan gelisah.
Sementara itu, serigala Damanaka telah tiba di tempat Sanjiwaka, si lembu jantan. Ketiak mengetahui bahwa pembuat suara menakutkan itu hanya seekor sapi, hatinya bersorak. Ia berpikir ,”inilah tanda keberuntungnku, sekarang aku akan dapat menguasai Pingalaka karena mempunyai kekuatan untuk menakutinya. Sapi ini dapat dijadikan sahabat atau musush baginya. Aku ingat ajaran :
Orang sehat tidak membutuhkan dokter, demikian juga raja yang terbebas dari kesulitan tidak akan lagi memperhatikan menterinya.”
Dengan pemikiran itu Damanaka kembali ke tepi sungai Yamuna untuk mencari Pingalaka. Ketika menemukannya setelah memberi hormat ia dududk bersimpuh.
“apakah kau menemukannya?” tanya Pingalaka
“atas restu paduka hamba telah menemukannya,” kata Damanaka.
“sungguh?” kata Pingalaka.”benarkah ucapanmu?”
“apakah ada yang berani berdusta kepada baginda raja ?” jawab Damanaka.
“kalau begitu benar, ya,” kata Pingalaka. “engkau memang telah menemukannya. Mereka yang berkuasa tidak akan memaksakan kehendaknya kepada makhluk yang lemah. Itu sebabnya ia tidak membunuhmu, karena :
Badai mengabaikan rumput yang kecil dan lemahtetapi justru mencabutpohon-pohon yang tinggi sampai ke akar-akarnya. Yang kuat mestilah bertempur dengan yang kuat, bukan dengan yang lemah.”
“biarpun dia besar dan biarpun kita kecil tak berdaya dibandingkan dengannya ,” kata Damanaka,” namun hamba akan tetap melayani baginda.”
Pingalak bernafas dengan lega lantas berkata,”mampukah engkau melakukan apa yang kau katakan itu?”.
“tak ada yang mustahil bagi mereka yang cerdik.” Kata Damanaka. “baiklah,” kata Pingalaka, “kalu begitu sikapmu mulai hari ini engkau aku angkat sebagai menteri kerajaanku.”
Damanaka memberi hormat kemudian berpamitan untuk kembali ke Sanjiwaka. Begitu tiba dihadapannya dia menyapa dengan hardikan,”hai,sapi jantan yang tak tahu diri! Apakah engkau tidak takut kepada majikan kami, baginda Pingalaka, singa raja segala binatang sehingga berani-beraninya engkaumerumput tanpa izin dan melenguh seenaknya di wilayah kerajaannya. Ikuti aku, baginda Pingalaka memanggilmu.”
”kawanku yang terhormat,” kata Sanjiwaka yang terkejut atas hardikan itu, “siapakah Pingalaka itu?”.
“apa?” seru Damanaka, “engkau tidak tahu siapa itu Pingalaka?, baiklah, engkau akan segera tahu siapa dia. Saat ini dia sedang duduk di sana, dibawah pohon beringin, dikelilingi pengiringnya.”
Mendengar penjelasan itu Sanjiwaka berpikir, ajalnya telah datangsehingga hatinya menjadi ciut. Ia berkata kepada Damanaka,”kawanku yang baik, kasihanilah aku karena kelihatannya engkau orang yang arif bijaksana  lagi pandai bicara. Kalau engkau ingin membawaku menghadap singa itu, berikanlah aku jaminan bahwa nyawaku tidak terancam”.
“baiklah. Engkau memang berhak meminta jaminan keamanan,” kata Damanaka. “karena orang-orang bijaksana berkata :
Kita dapat mencapi ujung dunia, kedalaman lautatau tingginya puncak gunung, tetapitak seorangpun yang dapat menduga hati seorang raja.”
“Tunggulah disini. Aku akan mencari waktu yang tepat agar kita dapat menghadap dengan selamat,” lanjut Damanaka sebelum melangkah pergi untuk kembali ke tempat Pingalaka.
Dihadapan Pingalaka ia berkata, “paduka, ternyata dia bukan binatang biasa, melainkan seekor sapi jantan istimewa, tunggangan dewa Siwa. Ketika hamba bertanya, ia menjelaskan’ majikanku Siwa, amat menyayangiku sehingga memberiku hak untuk menikmati rumput lunak disepanjang sungai Yamuna ini. Dewa Siwa juga mengatakan bahwa seluruh hutan adalah lapangan tempat bermain bagiku.”
“tepat sekali dugaanku,” seru Pingalaka ketakutan. “jika tak dilindungi dewa mana berani binatang itu memakan rumput dan bebas mengembara di hutan yang penuh dengan binatang buas. Apa  jawabanmu ketika mendengar penjelasnnya?”
“tetapi paduka”,” kata Damanaka.”hamba katakan kepadanya ,hutan ini telah dihadiahkan kepada baginda Pingalaka, majikanku oleh dewi Durga, istri dewa siwa yang tunggangannya adalah seekor singa. Janganlah engkau takutmenghadapnya karena engkau akan disambut dengan bahagia. Datanglah dan tinggallahbersama raja Pingalaka. Anggaplah ia sebagai saudara kandungmu, habiskan waktumu dengan bergembira-makan, minum, dan bermain sepuasnya. Dia setuju tetapi dia mohon kepada baginda untuk menjamin nyawanya, bahwa dia tidak akan dibunuh. Sekarang terserah baginda.”
Mendengar itu Pingalaka berkata,”engkau telah melakukan tugasmu dengan baik, menteriku yang tangkas. Engkau telah mengambil sikap yang sesuai dengan keinginanku. Aku menjamin bahwa ia akan aman disini, tapi tolong beri aku juga jaminan yang sama dari dia, kalau dia setuju, bawalah dia kesini segera.”
Damanaka membungkuk hormat kembali dihadapan Pingalaka dan dalam perjalanannya ke tempat Sanjiwaka, dia berpikir dengan gembira,”majikanku sangat pemurah kepadaku, dan keputusannya tepat seperti harapanku. Aku sungguh beruntung.”
Saat bertemu sapi jantan Sanjiwaka, Damanaka berkata dengan hormat,”sahabatkuaku telah memohon kepada majikankuuntuk mengasihanimu dan ia berjanji tak akan membunuhmu. Percayalahdan ikutlah aku menghadap beliau. Tetapi kalau kitatiba di istana raja, engkau harus menghormati aku seperti engkau menghormati dirirmu sendiri. Jangan besar kepala dan merendahkan aku. Akupun akan berundingdenganmu ketika melakukan tugas tugasku sebagi menteri. Begitulah, kita berdua bisa menikmati rahmat dewi laksmi. Aku ingat kisah lama :
Orang yang terhormat yang tidak pandai menghargai kedudukan orang lain mana yang tinggi, sedang dan rendah dengan baik akan hancur seperti dantila, biarpun dia kebanggaan raja.”
“bagaimana ceritanya?” tanya Sanjiwaka. Maka berceriteralah Damanaka tentang saudagar Dantila.



Tidak ada komentar:

  " Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, jiwa (Atman) dibersaihkan dengan ilmu pengetahuan dan akal budi...