Selasa, 23 Januari 2018

MERAIH KEHORMATAN KEMBALI


Saudagar Dantila tinggal di kota Vardhamana. Ia adalah pedagang besar dan dikenal sangat makmur lagi baik hati. Ia berhasil membahagiakan raja dan rakyatnya berkat kemampuannya mengatur keduanya. Kata-kata rasanya habis sudah untuk memuji kebaikan hati dan kebijaksanaan sang saudagar. Orang seperti dia memang unik dan sulit cari tandingnnya, karena biasanya :

Orang yang mencari muka di depan raja dibenci oleh rakyat, orang yang membela kesejahteraan rakyat dibenci oleh raja.

Namun ia berhasil memadukan keduanya, hal yang bertentangan itu. Orang yang disayangraja sekaligus disayang oleh rakyat kebanyakan, sungguh jarang ada bukan?.
Pada acara pesta perayaan pernikahan putrinya, Dantila mengundang semua kenalannya dari segala lapisan masyarakat dan para pejabat negeri. Dia menjamu mereka di gedung dengan mewah bahkan menghadiahi pakaian yang indahdan mahal. Begitulah cara Dantila menghormati tamu-tamunya. Sesudah pesta, raja dan ratu serta semua pejabat di undang ke rumah Dantila dan disana sekali lagiia menjamu tamunya dengan kemewahan dan rasa hormat.
Seorang pelayan raja bernama Goramba, ikut hadir dalam perjamuan itu. Sehari-hari ia bertugas sebagai penyapu lantai istana. Sebenarnya ia tidak diundang namun karena ingin mengetahui suasana pesta mewah, ia datang juga. Sayangnya ia duduk di kursi yang sebenarnya disediakan untuk para tamu-tamu penting dan terhormat. Saudagar Dantila begitu mengetahui kelancangannya, segera mengusirnya pergi.
Pelayan itu merasa sangat terhina dan tidak bisa tidur semalaman.yang ada dipikirannya,” bagaimana membalas dendam dan membuat raja membenci Dantila. Tetapi adakah kesempatan orang biasa untuk menyakiti orang kuat seperti dia.”
Bebrapa hari kemudian pagi-pagi buta Gorambha menyapu lantai di depan kamar raja. Gorambha tahusepagi itu sebenarnya baginda sudah bangun tetapi belum bangkit dari tempat tidurnya. Sambil menyapu dengan suara lirih seolah-olah mengeluh, Gorambha berkata, “ya gusti, ya dewa, sungguh terlalu Dantila! Benarkah yang aku lihat semalam berani-beraninya ia merangkul permaisuri.”
Mendengar kaat-kata itu raja bergegas bangkit dan berkata padanya,” Gorambha!, benarkah yang kau katakan tadi?.”
“oh, ampun Baginda,” kata Gorambha, “semalam hamba bergadang, bermain kartu sehingga saya masih mengantuk dan sungguh-sungguh tak menyadari apa yang hamba katakan tadi.”
Baginda dibayangi perasaan curiga dan cemburu . ia membatin, “ya dengan segala kemewahan harta bendanya bukan tidak mungkin Dantila berani kurang ajar. Gorambha diijinkan berjalan-jalan bebas di istana juga Dantila. Mungkin saja Gorambha melihat Dantila merangkul permaisuri, karena :
Apa yang direnungkan, dilihat, atau dilakukan seseorang di siang hari akan terbayang dalam mimpinya.”
Entah mengapa tiba-tiba saja Baginda begitu saja mempercayai kata hatinya, tanpa memeriksa benar atau tidaknya masalah. Bahkan kini ia curiga juga kepada permaisuri, istrinya. Dalam hati ia membatin,” seorang wanita yang tidak setia bukan tidak mungkin memikirkan laki-laki lain ketika sedang tersenyum kepada seorang pria. Tatapan matanya bisa saja sayu sendu merayu ketika sedang berdekatan dengan suaminya, namun pada saat yang sama hatinya memimpikan lelaki lain, lelaki yang benar-benar dicintainya. Cinta seperti itu dapatkah dipercaya?. Sungguh bodoh laki-laki yang berpikir bahwa seorang wanita yang seperti itu mau mencintainya dengan sungguh-sungguh. Ia justru masuk ke lubang perangkap wanita itu dan akan dipermainkannya.”
Pikiran raja sangat terganggu. Hari ini juga sikapnya terhadap Dantila berubah bahkan Dantila dilarang memasuki istana. Dantila  tentu saja merasa sangat heran melihat perubahan yang terjadi pada sikap raja yang mendadak itu ia berpikir,” benar juga kata orang :

Memang tak ada kisah tentang, seekor burung gagak  yang  putih bersih, seorang penjudi yang jujur, seekor ular yang pemaaf, seeorang wanita yng tidak cerewet, seorang lemah yang pemberani, seorang pemabuk yang bijaksana, juga persahabatan tulus dari seorang penguasa.”

 Batinnya lagi, “bahkan dalam mimpi sekalipun aku belum pernah menyakiti siapapun , raja tidak, keluarganya tidak, siapa pun tidak, mengapa baginda tiba-tiba memusuhi aku?”
Waktupun berlalu ..
Pada suatu pagi ketika Dantila berniat menghadap raja bagindalangkahnya dihentikan oleh penjaga gerbang istana. Gorambha yang sedang menyapu lantai menyeringai melihatnya lalu berseru,” hoi awas dia adalah orang kesayangan baginda. Dia bisa menahan atau mengusir orang seenaknya sendiri. Dia pernah mengusirku. Hati-hati jangan sampai kalian mengalami nasib sepertiku.”
Dantila yang cerdas segera berpikir, “bukankah dia yang dulu aku usir dalam pesta karena lancang. Pasti Gorambha yang menyebabkan semua ini. Sekarang aku mengerti kenapa orang-orang berkata :
Pelayan raja, walaupun dari kasta rendah, bodoh, bahkan berperangai buruk , dihormati kemana saja ia pergi”.
Dantila pun pulang  dengan perasaan gundah dan merasa pikirannya kacau. Sepanjamg siang ia memikirkan langkah apa yang harus diambilnya. Akhirnya sore itu ia mengundang Gorambha ke rumahnya. Diberinya pelayan itu satu stel baju baru dan bagus.
Lalu katanya dengan tutur kata lembut,”kawan yang kuhormati, maafkan tempo hari aku mengusirmu. Itu bukan karena aku membencimu tetapi karena engkau duduk di tempat yang bukan disediakan untukmu. Tempat duduk itu disediakan untuk seorang brahmin. Brahmin itu merasa terhina karena itu aku terpaksa mengusirmu keluar. Sekali lagi maafkan aku.”
Ketika Gorambha melihat hadiah baju mewah yang diterimanya ia bahagia sekali. Dengan penuh kegembiraan ia berkata kepada Dantila,”tuan sekarang sayamemafkan tuan. Tuan juga sudah menyatakan penyesalan dan meminta maaf, tuan akan disayangi lagi oleh raja. Akan saya  buktikan kata-kata saya ini dengan segenap kepandaianku,” lalu Gorambha pulang dengan hati riang.
Keesokan harinya Gorambha kembali ke tugas hariannya, menyapu di istana. Persis di depan kamar baginda ia menggumam, “aneh sekali tingkah laku baginda, masa makan ketimun di kamar kecil.”
Raja terkejut mendengarnya dan membentak, “kamu! Gorambha! Membual apa kamu ini? Ingat hanya karena engkau pelayan setiaku maka engkau tidak aku hukum. Apakah kamu pernah melihatku makan ketimun di kamar kecil?”
“maafkan hamba tuan, ampun!” kata Gorambha. Semalam hamba bergadang. Pagi ini masih ngantuk sekali. Hamba benar benar tidak menyadari kata-kata hamba, mohon ampun karena telah melantur kata-kata yang tidak pantas”.
Raja berpikir mendengarrnya.”aku sama sekali belum pernah makan ketimun di kamar kecil. Kalu si bodoh ini mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal tentang diriku, boleh jadi yang ia katakan tentang Dantila tak masuk akal juga. Aku keliru telah membenci Dantila. Lagi pula tanpa Dantila administrasi keuangan kerajaan juga kacau.”
Setelah memikirkannya dengan matang raja mengundang Dantila ke istana, memberinya perhiasan dan baju serta menempatkannya dalam kedudukan yang terhormat seperti dulu.
*****
“jadi,” kata serigala Damanaka ,” karena itu aku katakan :
Orang terhormat yang tidak pandai menghargai kedudukan orang lain, mana yang tinggi, sedang dan rendah dengan baik akan hancur, seperti Dantila, biarpun ia kebanggaan raja.”
“kawan,” kata Sanjiwaka, “engkau benar.aku akan melakukannya persis seperti ucapanmu.”
Lalu Damanaka membawa Sanjiwaka kepada Pingalaka dan berkata,” Paduka tuan, hamba sudah menghadapkan Sanjiwaka kepada tuan. Sekarang hamba menyerahkan segalanya kepada tuan.”
Sanjiwaka membungkuk ke arah Pingalaka lalu berdiri dihadapannya dengan hormat. Pingalaka menyambutnya dengan penghormatan yang sama, kemudian berkata, “teman apa kabar? Bagaimana anda bisa sampai di hutan belantara ini?”
Maka berceritalah Sanjiwaka tentang kejadian yang dialaminya.
Selesai mendengarkan cerita Sanjiwaka, Pingalaka berkata dengan ramah,”sahabatku, Sanjiwaka  jangan takut. Engkau dapat berjalan-jalan sesuka hatimu di hutan ini. Aku akan melindungimu dengan cakar dan lenganku. Tetapi, engkau harus selalu di dekatku, karena hutan ini dihuni oleh binatang buas, berbahaya bagi yang kuat sekalipun, apalagi bagi binatang pemakan rumput.”
Sejak itu Pingalaka tidak takut lagi pergi ke sungai Yamuna untuk minum, mandi, atau duduk-duduk di tepinya seperti kebiasaan dulu. Dengan perasaan tenang pula ia menyerahkan pengaturan hutan kepada Karataka dan Damanaka. Ia juga mulai sering mendengarkan cerita-cerita Sanjiwaka tentang budi pekerti.
Begitulah ia menghabiskan waktunya.
Sanjiwaka ternyata terpelajar dan ahli sastra. Dalam beberapa hari saja ia sudah berhasil menerangi hati buas dan pikiran bodoh Pingalaka dengan pengetahuan dan tata krama. Pingalaka puhn lupa pada perangainya yang liar.
Setiap hari mereka berbincang-bincang berdua. Benar benar hanya berdua, jauh dari pengawal. Bahkan Damanaka dan Karataka dilarang menghampiri atau ikut serta . namun karena sang singa tak lagi berburu, maka semua binatang termasuk Damanaka  dan Karataka mulai kelaparan. Kata orang:

Burung-burung meninggalkan pohon yang sudah tua, kering dan tak lagi berbuah, dan terbang ke tempat lain. Begitu juga para pelayan akan meninggalkan raja, yang tak lagi membawa keberuntungan baginya.

Ketika Karataka dan Damanaka putus asa melihat sikap raja mereka pun berunding.
“Karataka,” kata Damanaka, “kita mempunyai masalah sejak Pingalaka takjub pada kata-kata Sanjiwaka, ia mengabaikan semua tanggung jawabnya. Seluruh keluarga dan pejabat istana telah meninggalkannya. Kini apa yang harus kita lakukan?”
“meskipun majikan kita tidak mendengar kata-katamu.” Kata Karataka, “tetap saja engkau berkewajiban memperbaiki kesalahannya. Tugas seorang menteri adalah menasehati rajanya. Raja menerima nasehat itu atau tidak, itu urusan sendiri. Jika seorang raja menjadi sombong itu adalah tanggung jawab mentrinya  karena ia telah memberi saran dan nasehat. Gajah yang terperosok ke jalan yang sesat adalah tanggung jawab pawangnya. Engkaulah yang membawa Sanjiwaka si pemakan rumput ke hadapan baginda. Engkau sendiri yang membawa masalah, seperti menggaruk batu bara ditengah kobaran apinya, sehingga baranya makin memanas.”
“benar sekali,” kata Damanaka.”semua ini salahku, bukan kesalahan raja. Benarlah kata-kata orang bijak : serigala diantara biri-biri jantan yang sedang bertarung dan sanyasi yang mempercayai asadhubuti mereka sendirilah yang harus menanggung akibatnya.”
“Bagaimana kisahnya?” kata Karataka.

Dan Damanaka pun berkisah tentang seekor serigala dan seorang sanyasi yang menderita karena kecerobohan masing-masing.

Tidak ada komentar:

  " Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, jiwa (Atman) dibersaihkan dengan ilmu pengetahuan dan akal budi...