Jumat, 26 Januari 2018

ULAR KOBRA MEMANGSA TELUR BURUNG GAGAK

Dibawah sebatang pohon beringin hiduplah sepasang burung gagak jantan dan betina. Setiap kali burung gagak betina menetaskan telur-telurnya, seekor ular kobra hitam keluar dari lubang di pohon itu dan memangsa  memangsa telur-telur itu.
Tak jauh dari pohon itu dibawah pohon beringin lain hiduplah seekor serigala. Sepasang gagak yang malang itu menceriterakan nasib mereka kepadanya.”kawan,” kata mereka , “ular kobra hitam merayap keluar dari sarangnya dan memangsa anak-anak kami. Katakanlah apa yang dapat kami lakukan untuk melindungi mereka? Bagi kami tinggal disini sangat berbahaya.”
“jangan putus asa ,” hibur serigala. “sesungguhnya, musuh yang kuat dapat dikalahkan dengan kecerdikan . yang lemah terhindar dari cengkraman jahat yang kuat karena kepandaiannya. Ingatkah ceritera seekor bangau rakus yang memakan semua ikan di danau tetapi akhirnya mati ditangan seekor kepiting?”
“bagaimana ceriteranya?” tanya si burung gagak betina.
Maka serigala pun bercerita tentang burung bangau dan kepiting.


7

BALASAN KEPITING UNTUK KELICIKAN BURUNG BANGAU

gambar.  donengsebelumtiduranakcerdas.blogspot.com

Dihutan yang lebat ada sebuah danau besar. Didalamnya hidup semua jenis binatang air. Seekor burung bangau juga tinggal disana. Dia sudah tua dan tidak mempunyai tenaga lagi untuk menangkap ikan. Karena kelaparan lama-kelamaan tubuhnya menjadi kurus.
Pada suatu hari dia datang ke tepi danau. Disana ia menangis dengan suara keras. Air matanya bercucuran deras seperti mutiara. Seekor kepiting mendekatinya.
Sang kepiting bertanya ramah dengan simpati,”paman, apakah engkau baik-baik saja? Mengapa tidak makan dan mengapa pula menangis? Ada masalah apa?”.
“ah, anakku,” kata burung bangau,”aku sudah memutuskan untuk melupakan hubungan dengan duniawi. Dulu aku memang pemakan ikan tetapi sekarang aku tidak akan menyentuhnya, biarpun mereka datang menghampiriku karena aku sudah berjanji berpuasa sampai mati.”
“apa alasan paman memutuskan hubungan dengan dunia?” tanya kepiting.
“wah,” jawab burung bangau, “aku lahir di danau ini dan disinilah aku menjadi tua. Sekarang aku mendengar bahwa sampai duabelas tahun mendatang di daerah ini tak akan turun hujan.”
“darimana paman mendengarnya?” tanya kepiting.
“daria ahli perbintangan,” jawab burung bangau. “dia berkata dalam sebuah buku astrologi kuno tertulis, akibat perubahan tata letak planet maka di daerah ini akan mengalami musim kemarau berkepanjangan selama dua belas tahun. Air danau akan kering sedikit demi sedikit lama kelamaan akan habis. Dan akhirnya kering kerontang. Uh, aku sedih sekali, tanpa air. Tanpa binatang-binatang air yang hidup bersamaku sejak kecil dan teman bermainku sejak kecil aku pasti akan mati. Aku tak tahan berpisah dengan mereka. Karena itu aku akan berpuasa sampai mati. Demi mereka.”
“tidakkah kau perhatikan,” bangau itu melanjutkan tipu dayanya, “binatang air yang lain sudah mulai memindahkan keluarganya ke danau yang lebih besar sementara kura-kura, buaya dan binatang-binatang lain yang lebih besar pergi sendiri ke tempat lain. Tetapi, binatang-binatang air disini tampak seperti tak peduli. Aku menangis karena semuanya akan musnah.”
Kepiting itu kemudian menyampaikan apa yang didengarnya dari bangau,. Segera saja semua binatangdi situ , ikan-ikan besar dan kecil, kepiting, kura-kura, kerang, dan yang lain-menjadi panik. Mereka mendatangi burung bangau dan bertanya dengan cermas “bagaimana jalan keluarnya? Dapatkah kita melindungi diri dari bencana ini?”.
“hemm, aku ingat,” kata bangau sambil pura-pura berpikir, “tak jauh dari sisni ada sebuah danau yang airnya segar dan penuh, biarpun tak ada hujan selama dua puluh empat tahun, danau itu tidak akan kering. Danau itu juga teduh karena ditutupi bunga teratai. Kalau kalian bersedia naik satu per satu ke punggungku , aku bisa membawa kalian kesana.”
Ikan-ikan yang sudah panik itu gembira mendengar gagasan sang bangau. Mereka bahkan tak lagi memeriksa kebenaran ‘isapan jempol ‘ sang bangau pemakan ikan itu, mereka berkumpul di sekelilingnya, berteriak,”paman! Bapak! Kakak! Aku duluan! Tolong!”
Burung bangu yang jahat itu gembira karena ‘perangka’ mya mulai mengenai sasaran. Secara bergantian ia membopong ikan-ikan di danau itu dengan paruhnya, satu per satu. Bila sudah terbang agak jauh, dibantingnya ikan itu ke atas sebongkah batu dari atas awan. Ia kemudian menukik dan menyantap ikan korbannya sampai puas. Setelah kenyang, ia kembali ke danau sambil menyampaikan pesan-pesan bohong kepada keluarga mereka, misalnya keluarganya menanti, ayahnya bahagia di danau baru itu, dan bohong-bohong lainnya. Demikialah hari demi hari yang mengenyangkan perut bangau licik itu berlalu.
Pada suatu hari kepiting berkata kepada burung bangau ,”paman, bukankah aku yang pertama kali yang mendengar masalah kemarau darimu namun mengapa engkau membawa yang lain lebih dulu? Sekarang selamatkanlah hidupku.”
Burung bangau berpikir, “ah aku sudah mulai bosan makan ikan setiap hari. Sebagai selingan ada baiknya aku makan kepiting hari ini.”
Maka dibawanya kepiting itu di punggungnya dan diterbangkannya ke arah bebatuan tempat bangau itu menghempaskan ikan mangsanya. Sang kepiting daria arah kejauhan dapat melihat tumpukan tulang-tulang dan kerangka ikan-ikan dan karena ia bukan kepiting dungu, mengertilah ia apa artinya.
Setelah berpikir sejenak dengan tenang ia berkata.” Paman bangau katakanlah!, berapa jauh danau yang aku tuju? Paman pasti lelah mengangkatku. Aku amat berat.”
Burung  bangau berpikir,”binatang air bodoh ini sudah berada dalam gengamanku. Dia tak bisa lolos jadi tak ada ruginya kukatakan saja apa adanya.”
Sambil menyeringai ia berkata kepada kepiting,” kepiting dungu, mana ada danau yang lain? Perjalanan ini adalah perjalanan pesta untukku, akua akan membantingmu ke atas batu itu, kemudian menyantapmu.”
gambar.  donengsebelumtiduranakcerdas.blogspot.com

Begitu burung bangau selesai tertawa, sang kepiting bergerak dengan sigap. Ia menjepit leher burung bangau dengan capitnya. Dibawah ancaman cekikan dipakasnya burung bangau jahat itu mendarat. Begitu tiba ditanah, sang kepiting langsung mencekiknya sampai mati, hingga lehernya yang panjang putus.
Kepiting itu kemudian menyeret leher burung bangau itu ke danau semula. Ikan-ikan dan binatang air lainnya langsung datang berkerumun heran.
“kepiting, kenapa kamu kembali?” tanya seekor ikan besar. “apa yang terjadi pada paman bangau? Apakah ia celaka? Kita semua tak sabar lagi untuk pindah.”
Kepiting itu tertawa getir,”kawan-kawanku,” katanya lirih.”burung bangau itu penipu! Ia tak membawa teman-teman kita ke danau bualan itu, melainkan dihempaskannya dari ats langit ke atas batu, tak jauh dari sisi, sampai mati. Dan setelah itu ia menyantapnya sepuas-puasnya. Aku melihat tulang belulang mereka.”
Ketika kepiting lain masih terperangah tak percaya, kepiting melanjutkan,”namun aku ditakdirkan terus hidup dan membalas kebusukannya. Kujepit lehernya sampai mati ketika ia mengancamku. Dan sekarang kita tak perlu khawatir lagi. Kita aman disini.”
*****
“karena itu aku katakan,”  kata serigala, “seekor burung bangau rakus yang mampu memakan ikan besar, sedang dan ikan kecil ternyata mati hanya oleh jepitan kepiting.”
Setelah mendengar ceritera itu, burung gagak berkata,” kata-katamu benar namun kawan, katakan kepada kami bagaimana cara kami membinasakan ular kobra jahat itu.”
“saranku,” kat serigala,”pergilah ke ibu kota. Datangilah rumah menteri, hartawan atau siapa saja, pokonya orang kaya atau orang penting. Curilah rantai emas atau kalung yang tergeletak dirumahnya tetapi pastikan bahwa tindakanmu itu dilihat olehnya atau oleh para pengawal-pengawalnya. Niscaya mereka akan mengejarmu. Nah terbanglah perlahan-lahan agar mereka dapat mengikutimu. Jatuhkan kalung atau rantai emas itu ke lubang pohon, sarang ular itu.. dan begitu mereka melihat ular itu, aku berani bertaruh mereka akan menggebuknya sampai mati.”
Burung gagak memutuskan untuk mengikuti nasehat serigala. Keduanya terbang hingga melintasi danau tempat gadis-gadis anak raja sedang berenang. Mereka meninggalkan pakaian dengan kalung emas serta perhiasan mutiara mereka di tepi danau.  Burunga gagak betina mengambil seutas kalung emas dengan paruhnya lalu terbang perlahan-lahan menuju sarangnya.
Para pengawal melihatnya. Segera saja mereka mengambil kayu, batu dan peralatan lainnya lantas berlari mengejar burung itu. Dengan sengaja gagak betina melemparkan kalung emas itu ke lubang sarang ular. Saat para pembantu raja datang mereka menemukan seekor ular yang siap menyerang mereka dalam sarangnya di bawah pohon beringin. Mereka segera menyerangnya dengan pentungan kayu, lemparan batu dan pukulan tongkat hingga ular itu mati. Setelah itu para pengawal kerajann itu meraih kalung emas puteri raja dan kembali pulang.
Akhirnya sepasang burung gagak tadi dapat hidup dengan tenamg disana. Mereka beranak-pinak dan hidup bahagia selama-lamanya.
*****
“jadi,” kata Damanaka,”karena itu aku katakan,
Apa yang tidak bisa dicapai dengan kekuatan, harus dapat dicapai dengan kepandaian. Tak ada satupun hal di dunia ini yang tak dapat dicapai oleh orang yang pandai. Berkat kepandaiannya, seekor kelinci mampu membunuh seeekor singan perkasa.”
“bagaimana kisahnya?” tanya Karataka.

Damanaka pun bercerita tentang singan dan kelinci.

Tidak ada komentar:

  " Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kejujuran, jiwa (Atman) dibersaihkan dengan ilmu pengetahuan dan akal budi...